First Thing to First Time, Flashback yang Mengharukanku

Sebelum peristiea itu, pengalamanku cuma itu-iu saja. Sekolah di SD dekat rumah dan bermain dengan teman sekitar rumah, persis seperti kebanyakan anak-anak lainnya yang suka main kejar-kejaran, tangkap-tangkapan, sama musuh-musuhan yang biasanya langsung baikan beberapa jam kemudian.
Bermula dari sebuah handphone Siemens Polyponic,tipenya A52, semua hal yang akan kuceritakan disini dimulai. Saat itu
HP masih menjadi barang langka, di SD saya saja yang punya cuma anak-anak yang berekonomi tinggi. Dan jangan bayangkan HP dengan pemutar mp3 dan kamera, HP waktu itu cuma bisa telepon, SMS, dan memutar nada poliponik. Orang tuaku yang waktu itu berjuang menafkahi kami sekeluarga dengan menjadi buruh tani tentu tidak kepikiran membelinya. Penghasilan mereka diprioritaskan untuk keperluan sehari-hari dan untuk sekolahku dan adik-adikku. Namun suatu hari keluarga kami dibuat memiliki HP dan waktu itu membuat seluruh anggota keluarga membicarakannya seperti akan membeli mobil baru.
http://www.mobilephone-spares.com/images/P/A52.jpg

Siemens A52 itu awalnya adalah milik tetangga kami yang masih termasuk famili. Mereka menjualnya karena akan membeli HP lain yang lebih canggih saat iru. Kami mebelinya seharga Rp.100.000,-. Uang segitu sudah sangat banyak bagi kami ketika itu, uang itu didapatkan dari upah orang tuaku yang sengaja disisihkan untuk keperluan mendadak. Ketika tetangga kami menawarkannya, kami sekeluarga berembuk dulu.. lalu diputuskanlah bahwa kami akan memiliki sebuah HP untuk pertama kalinya. Kami mengambil uang itu dengan pertimbangan bahwa benda itu bermanfaat untuk komunikasi dengan keluarga kami yang berada di pulau seberang. Sebelum ini kami cuma bisa berkomunikasi melalui telepon di wartel. Meski cuma bisa SMS dan telepon, kami sudah sangat bersyukur. Tiap deringan begitu berarti buat kami. Oh iya, karena HP itu dibeli dari uang keperluan kami, dan akan kami pakai bersama, aku menebutnya HP kami, bukan HP-ku, HP ibu, HP ayah, atau HP adikku.
sumber : http://www.mobilephone-spares.com/images/P/A52.jpg

Pernah suatu hari kami mendapat SMS penipuan dan itu menjadi trending topic selama sehari. Kami dikatakan akan mendapatkan hadiah uang puluhan juta dari sebuah provider telepon seluler. Aku bersikeras pada orang tuaku agar jangan mempercayai SMS itu. Aku pernah melihat modus ini di berita kriminal di TV. Maka kami pun mengabaikan SMS itu walaupun aku melarang ibuku menghapusnya dari inbox. Untuk kenang-kenangan, kataku.
Lalu tibalah starting point dari peristiwa tak disangka-sangka itu. Sore itu, November 2006. Aku yang saat itu masih hangat-hangatnya menjadi siswa baru di SMP sedang menyaksikan acara siaran pendidikan di TVRI (aku memang suka menonton acara beginian) yang direlay dari TV Edukasi, siaran khusus pendidikan. Saat break, ada iklan tentang KUIS KIHAJAR (Kita Harus Belajar). Dikatakan bahwa itu adalah lomba semacam OSN tapi materinya campuran materi yang di-UN-kan saat itu. Cara mengikutinya adalah dengan mendaftar dan menjawab soal-soal yang diberikan di TV melalui nomor telepon bebas pulsa. Sejumlah peserta dengan poin tertinggi se-Indonesia akan diboyong ke Jakarta untuk mengikuti babak final. Wah, menarik juga pikirku. Saat itu aku tak memikirkan apakah aku akan lolos atau tidak, apalagi memikirkan hadiahnya. Yang kupikir, seru juga nih, mumpung bebas pulsa, aku bisa menguji kemampuanku dengan siswa se-Indonesia.
Hari demi hari aku menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Aku tak peduli apakah semuanya benar atau tidak, toh ini cuma ajang pengujianku kan. Yang kulakukan berusaha menjawabnya sebaik mungkin. Setelah sebulan, soal-soal itu pun selesai. Para peserta diharapkan menunggu pengumuman di TV.
Aku tidak begitu menunggu pemgumuman itu. Selain karena aku  cuma iseng, aku pun tak yakin akan terpilih untuk ke Jakarta. Hingga suatu hari ada dering panggilan berbunyi di HP kami. Suaranya ramah, dengan bahasa baku, serta kata-kata yang 'operator banget'. Aku pikir dia adalah perwakilan dari perusahaan kartu HP yang mau mengumumkan pemenang undian hadiah, dan aku mendapat puluhan juta. Tapi salah, itu adalah dari pihak TV Edukasi yang katanya mau meminta data diriku sebagai kelengkapan. Dia tak mau menyebutkan untuk apa, yang jelas aku menurut saja karena menurutnya itu untuk keperluan penyaringan peserta.
Keesokan harinya, tak disangka-sangka, aku mendapat hadiah istimewa. Pihak TV yang kemarin menelepom menghubungiku lagi dan mengatakan aku LOLOS ke Jakarta dan kemarin itu sebenarnya dia mengambil data diriku saja untuk keperluan data finalis.Aku mematung sambil menganga. Tak percaya dengan apa yang kudengar, aku menanyainya lagi. Dia mengatakan itu benar-benar nyata, bukan mimpi. Aku pun langsung refleks sujud syukur, bertahmid, .lalu bersorak Ibuku yang mendengarku kaget dan menghampriku, lalu bertanya kenapa. Dengan tubuh bergetar penuh rasa gejolak gembira, aku berkata, "Mak, kita akan ke Jakarta". Ibuku terheran-heran. Setelah kujelaskan, ibuku ikut merasakn euforia keharuanku dan ikut meneteskan air mata bahagia.
Pihak TV mengatakan bahwa sebagai finalis aku harus mempunyai pendamping. Boleh guru, orang tua, ataupun angggota keluarga lain. Karena kupikir itulah saat pertama kali aku bisa memberi sedikit kebahagiaan pada ibuku, aku memutuskan ibuku yang akan menjadi pendamping peserta. Ayah dan adikku pun tak keberatan. Akhirnya saat itupun tiba. Aku dan ibuku berangkat ke Jakarta dan berada di sana  selama seminggu hingga acara selesai. 
Itu adalah kali pertamaku untuk berbagai hal. Aku pertama kalinya naik pesawat, begitu juga dengan ibuku. Aku pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta, kota yang selama ini hanya kulihat melalui layar kaca di rumah kami. Aku pun pertama kalinya mengikuti lomba berlevel nasional. Pertama kali berkenalan dengan siswa di seluruh Indonesia, di antaranya Mardhatilla Amalia yang berasal dari Aceh dan Efa Dinul Atmanegara dari Semarang. Dan tentunya itupun pertama kalinya aku bisa memberi kebahagiaan untuk ibuku meski kutahu itu jauh dibandingkan dengan pengorbanannya selama ini.
Foto Seluruh Finalis Kuis Kihajar 2006, ayo tebak, aku yang mana?

Meski belum sempat memboyong juara nasional, aku tetap bangga dan gembira. Peristiwa ini menjadi titik balik bagiku. Ini menjadi semacam percikan air yang membangunkan tidurku yang lelap. Fufu kecil tersadar bahwa fufu punya potensi, punya peluang, bukan cuma menunggu dewasa baru memikirkan tentang misi, setidaknya misi kecil. Dan misi kecilku itu adalah mulai saat itu fufu kecil harus melatih potensinya di bidang akademik, dan mengujinya dalam berbagai lomba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Begini Rasanya Wawancara S2 Unpad

Yuk, Teladani Sang Ayam Jantan dari Timur !

Kumpulan Cerbung "BUMI" karya Darwis Tere Liye