Pernikahan Kontemporer - Pergeseran Budaya Pernikahan
Dalam setiap budaya di dunia ini, pernikahan merupakan
salah satu tahap penting daalam tingkatan kehidupan manusia di dunia ini.
Terlepas dari konteks makna pernikahan dalam setiap budaya dan tujuannya, satu
hal yang menjadi poin penting adalah pernikahan-pernikahan tersebut dilakukan
dengan upacara khusus, yang artinya hal ini adalah sesuatu yang istimewa. Tiap
budaya memiliki upacara khas dalam merayakan pernikahan ini.
Indonesia,
sebagai bangsa yang memiliki budaya yang amat beragam pun memiliki upacara
pernikahan yang beragam pula. Upacara yang bersifat khusus tersebut diwariskan
dari masa ke masa. Dilaksanakan dari generasi ke generasi.
Semua bagian dari
suatu budaya akan melakukan ritual-ritual tanpa berniat meninggalkan beberapa
bagian saja, apalagi merubah-rubah tatanannya. Apabila ada yang melanggarnya,
akan dianggap bersalah karena tidak mengikuti adat. Hal ini berlangsung terus
menerus selama berabad-abad tanpa ada usikan.
Selain
dipengaruhi oleh budaya, upacara pernikahan di Indonesia juga dipengaruhi oleh
agama. Di indonesia ada banyak agama yang memiliki sistematika tersendiri dalam
meemandang upacara pernikahan. Dalam Islam misalnya, ada istilah ijab dan
qabul. Sebelum islam masuk ke Indonesia, prosesi penyerahan wanita ke mempelai
laki-laki oleh ayah pihak wanita dilakukan secara adat. Ketika Islam datang,
tahap ini digantikan oleh Ijab Qabul. Adanya perubahan ini telah dianggap satu
dengan budaya itu.
Namun,
sejak adanya modernitas yang menjalar hingga ke desa-desa, tradisi yang dulunya
kokoh itu kian kemari kian mulai runtuh. Mulailah bermunculan konsep-konsep
baru mengenaai upacara pernikahan yang berasal dari luar Indonesia. Ada yang
berasal dari Timur Tengah, India, Asia, Amerika, dan Eropa. Upacara pernikahan
yang dulunya monoton kini memiliki banyak variasi. Melalui beberapa paragraf
berikutnya, saya akan menjelaskan beberapa perubahan-perubahan yang terjadi
semenjak adanya modernitas –yang dampak positif atau negatifnya kembali pada
yang melaksanakannya.
a) Foto Pre Wedding
Hal ini jelas-jelas sangat baru dalam konsep pernikahan
kita. Konsep ini disebut-sebut berasal
dari kalangan high class Eropa.
Sebelum resmi dinyatakan sebagai suami istri, kedua calon mempelai akan
melakukan serangkaian sesi foto bersama dengan bergaya mesra di berbagai
tempat-tempat yang dianggap romantis. Misalnya, pantai, taman bunga, dan tempat
pariwisata. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa kedua mempelai tersebut
sudah sangat saling mencintai dan sedang dipenuhi semangat untuk segara
memasuki dunia pernikahan yang sesungguhnya. Banyak calon pengantin masa kini
yang mendambakan memiliki foto pre
wedding yang romantis untuk dimasukkan dalam undangan mereka.
Konsep ini ditentang oleh sebagian umat Islam di
Indonesia. Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri pernah mengharamkan konsep
ini pada tahun 2010 dengan alasan bahwa muslim dan muslimah yang belum terikat
oleh pernikahan tidak boleh dalam satu frame bersama. Namun, karena belum ada
pribadi maupun lembaga yang mengajukan fatwa ke MUI, maka foto pre wedding belum mendapatkan fatwa
haram dari MUI.
b) Mas Kawin
Konsep mas kawin ini
berupa pemberian dari pihak mempelai pria kepada mempelai wanita yang
bentuk dan besarnya telah disepakati kedua belah pihak sebelumnya. Penyerahan mas kawin dilakukan sebelum
prosesi pernikahan dimulai. Mas kawin dapat berupa perhiasan, perlengkapan
salat (dalam pernikahan Islam), uang, atau gabungan ketiganya.
Ada yang unik dalam mas kawin masa kini. Mempelai pria
seakan berusaha aggar mas kawinnya unik. Misalnya dengan memberikan
perlengkapan salat plus uang dengan nominal angka unik, misalnya Rp.17.052.010
yang menunjukkan tanggal pernikahaan mereka, yakni 17 Mei 2010. Meskipun sulit
mendapatkan uang sejumlah tersebut, mempelaai pria akan mencarinya.
c) Undangan
Sebelum masa modern seperti sekarang, penyelenggara pesta
pernikahan mengundang orang-orang dengan cara mengirim amplop, baik itu melalui
pos (untuk yang daerahnya jauh) maupun melalui kurir khusus. Di daerah Bugis
misalnya, undangan diantarkan oleh sepasang muda-mudi yang mengenakan pakaian
adat ke rumah-rumah orang yang diundang. Undaangan diletakkan dalam wadah
khusus dengan hiasan menarik.
Setelah pengaruh dari luar negeri muncul, bentuk undangan
mulai beragam. Cara menberikannya pun banyak pilihan. Saat ini undangan tidak
lagi hanya berbentuk amplop. Ada yang berbentuk gulungan kertas, ditaroh dalam
botol, berbentuk buku, disimpan dalam CD (berupa video). Kalende, dan
sebagainya. Undangan tersebut diantarkan bukan lagi dengan sepasang muda-mudi,
tapi sudah mengggunakan jasa khusus. Bahkan saat ini undangan bisa disampaikan
melalui SMS dan internet (Facebook, twitter, email, dsb).
d)
Wedding Organizer
Saat ini, telah ada perusahaan khusus yang bergerak dalam
bidang jasa perencanaan pernikahan yang membantu kedua mempelai untuk
menciptakan upacara pernikahan yang terbaik. Bukan hanya konsep pernikahan
modern, Wedding Organizer juga menyediakan konsep pernikahan tradisional dalam
paketnya, bahkan bisa menggabungkan keduanya. Paket dalam jasa ini sudah
termasuk sewa gedung, konsumsi, dekorasi, dan sebagainya. Jadi, para mempelai
dan keluarga tak perlu repot-repot lagi mengatur berbagai hal.
Hal ini berbeda dengan dulu, di mana upacara pernikahan
dari awal hingga akhir diatur oleh keluarga, khususnya yang paling mengerti
tentang adat sang mempelai. Dekorasi, gedung (kalau dulu yang dipakai adalah
rumah), konsumsi, undangan, hiburan, dan sebagainya diatur terpisah-pisah
sehingga manajemen saat itu benar-benar kompleks. Untuk tenaga konsumsi sendiri
biasanya yang terlibat adalah sanak famili dan tetangga. Sebagai balas jasa,
mereka akan membawa oleh-oleh ke rumah berupa makanan pernikahan.
Selain keempat hal di atas, masih banyak lagi hal-hal
baru dalam pernikahan masa kini yang belum sempat saya jelaskan saat ini,
seperti gaun pengantin, catatan sipil, pernikahan outdoor, dan sebagainya. Meskipun saat pun ini masih ada orang-orang yang tetap
mempertahankan tradisi lama, keberadaan pernikahan masa kini tersebut akan
terus berkembang hingga –saya duga-- suatu saat nanti akan menguasai seluruh bagian
negeri ini. Mengapa saya yakin ? Sederhana, budaya kita yang sering
diagung-agungkan ke dunia luar bahwa rakyat Indonesia ramah, suka menyapa,
tersenyum, kini mulai luntur karena adanya gempuran sosial media yang justru
menjauhkan yang dekat (atau mungkin justru keramahan, spa-sapa, dan senyuman
itu kini berpindah ke chatting room).
Komentar
Posting Komentar
Sesederhana apapun idemu kemudian dituliskan dengan jujur, it's something.