Lima Menit Sebelum Bumi Musnah
Suara bising
klakson kendaraaan di perempatan jalan dekat kantor polisi mewarnai pagi itu.
Ada yang tak biasa pada hari itu. Warga dikejutkan dengan penemuan benda asing
berbentuk piringan yang menyerupai pesawat UFO. Mereka berbondong-bondong ingin
melihat benda yang tak wajar itu. Mulai dari anak-anak sampai neneknya
anak-anak tumpah ruah mengelilingi lapangan sepak bola, tempat benda aneh itu
berada. Keramaian menjalar hingga bahu jalaan sehingga banyak kendaraan yang
tidak bisa lewat. Kemacetan diperparah lagi dengan kendaraan yang parkir
sembarangan di jalan karena penarsaran ingin melihat apa yang terjadi.
“Pak, permisi, ada
apa ya di sana ramai-ramai?”, tanya pemilik kendaraaan yang parkir sembarangan
itu.
“Oh, bukan, Pak. Di
sana ada UFO. Besar sekali, mengerikan”, katanya sambil agak meringis.
“UFO? Ada-ada saja.
Bapak jangan main-main ya.”, katanya bernada agak tinggi.
“Iya, Pak, serius”,
katanya sangat serius.
“Ah, masa, “, dia
lalu menoleh ke bangku belakang, “Clara, Cindy, Papa pergi sebentar keluar ya,
kamu jangan ke mana-mana”, katanya seraya mengambil HP dari laci mobil.
“Siap, Pa” Jawab
mereka serempak.
Batapa terkejutnya
si ayah itu ketika melihat apa yang ada di tengah lapangan.
Sebuah pesawat
piringan berdiameter 3 meter. Bila
dilihat sekilas, pesawat itu dalam keadaan mati. Tak ada warga yang berani
mendekat lebih jauh ke pesawat itu. Mereka khawatir kalau-kalau peswat itu
tiba-tiba menembak mereka. Namun mereka juga penasaran sehingga tetap berada di
sekitar situ.
Aku hanya bisa diam
menatap pesawatku dikerumuni orang-orang itu. Ingin rasanya aku berlari
menerobos mereka namun tak bisa sebab kakiku sedang lumpuh akibat petempuran
semalam. Pertempuran yang membuat wanita kesayanganku, Maria, tewas di tangan
musuh besar kami di masa depan. Masa depan? Kalian jangan kaget ya, aku
sebenarnya datang dari masa depan. Dan pesawat di sana itu bukanlah milik
alien. Itu adalah pesawat yang biasa digunakan oleh Polisi Waktu sepertiku
untuk menjelajahi waktu baik ke masa lalu maupun ke masa depan. Kami bertugas
untuk mengawasi dunia dari masa ke masa untuk menjaga keaslian sejarah dari
campur tangan para penjelajah waktu ilegal yang ingin mengutak-atik sejarah
manusia. Dalam tugas kami, kami tak boleh berkomunikasi dengan manusia di masa
kami berada. Pekerjaan kami juga hampir tak terlihat, tak boleh ada manusia
yang mengetahui keberadaan mesin waktu sebelum mesin waktu itu ditemukan, namun
kami juga sering tanpa sengaja ketahuan oleh berpasang-pasang mata yang
kemudian menamai kami UFO, berfikir kami adalah makhluk planet lain. Tentu saja
kami tak terima dikira makhluk lain, tapi kami tak boleh melanggar aturan untuk
tidak berkomunikasi tadi.
Kenalkan, namaku
James. Warga negara Amerika yang setia pada bangsa. Kemarin adalah hari aku
datang ke sini. Bukan untuk mencari penjelajah waktu ilegal atau sekedar
jalan-jalan, tapi ini misi yang lebih besar : misi menyelamatkan bumi dari
kehancuran total.
Bumi, tahun 9218
Nondor, pimpinan besar organisasi yang ingin memusnahkan seluruh ummat di Bumi
ini kecuali yang bersedia menjadi pengikutnya –menyembahnya, baru saja
mendapatkan reaktor Naverus –zat yang kekuatannya beribu-ribu kali bom atom.
Naverus akan ia gunakan untuk menghancurkan Bumi ini dan seisinya dengan
memasukkannya ke dalam bom khusus. Semua orang di Bumi ingin ia hancurkan.
Setelah menghancurkan bumi, ia bersama pengikutnya akan terbang dengan pesawat
ruang angkasa ke planet Nibiru, yang keadaannya persis di Bumi sehingga bisa
dihuni oleh manusia. Di sana ia akan menjalankan agamanya, bernama Nondoris
dengan ia sebagai Tuhan.
Bom
telah dinyalakan. Ternyata itu adalah bom waktu. Nondor dan pengikutnya kini
telah bersiap-siap meninggalkan Bumi. Para penduduk panik. Berita tersebar ke
seluruh dunia melalui radio internet. Di
masa ini, internet bisa digunakan dengan jaringan nirkabel dalam berbagai
kondisi, termasuk saat perang. Bom itu kini menunjukkan angka 01:00:55. Tinggal
satu jam lagi ! Di dalam kebingungan itu muncul titik terang. Seorang ahli
fisika dan sejarah berkata bahwa reaktor Naverus adalah hasil penelitian selama
beribu-ribu tahun. Penelitian itu diawali oleh proyek kecil yang dibuat oleh
seorang Profesor bernama Albert yang hidup pada tahun 2014. Untuk menghindari
kiamat ini, keberadaan Naverus harus dihilangkan, yakni dengan cara mengagalkan
proyek Albert. Maka, komandan kami saat itu memberi perintah darurat agar ada
dua utusan yang beraangkat ke masa lalu untuk menyelamatkan bumi. Dipilihlah
aku dan Maria, partner sekaligus cinta pertama dan terakhirku.
Keberangkatan kami
hampir saja batal karena semua mesin waktu telah dihancurkan oleh pihak Nondor.
Untung saja, masih ada satu mesin waktu darurat yang kondisinya rusak ringan,
dan tepat bom menunjukkan 00:05:00, kami berangkat ke rumah Albert.
Bumi, tahun 2014
Kami mendarat mulus di lapangan luas sekitar
pukul 8 waktu setempat. Menurut informasi komputer kami, ini adalah lapangan
sepak bola. Permainan yang telah punah pada tahun 3110. Rumah albert terletak
100 meter dari lapangan. Kami akan ke sana berjalan kaki. Agar tidak
mencurigakan, kami menyamar menjadi dua sahabat profesor yang ingin berkunjung.
Kami menggunakan penyamaran dengan topeng yang sangat mirip dengan wajah asli.
Ini adalah hasil dari penemuan ilmuwan pada tahun 4519.
Kami pun
menekan bel yang berada di gerbang rumahnya. Satu kali, dua kali, tiga kali,
tak ada respon.
“Hmm, menurut data, seharusnya ia saat ini sedang ada di
rumah,” kataku pada Maria.
“Mungkin dia sedang tidur, ayo kita bangunkan”
Kami pun mencoba
membuka pintu gerbang, ternyata terbuka juga. Tiba-tiba terdengar suara pagar
berbunyi, kami bersamaan menoleh ke sana, ternyata dua ekor kucing sedang
berkejaran. Kami pun masuk ke depan pintu dan mengetuknya. Beberapa saat
kemudian, pintu terbuka.
“Wah, kamu, John,
katanya kamu mau pergi ke Bali berlibur, kenapa datang ke sini bersama
istrimu?”, sapanya dengan ramah. kami menyamar menjadi sahabatnya, John, dan
istri John, Martha.
“Tidak, kawan, aku
batal, cuaca di sana sedaang sangat ekstrem, lagipula kamu ingat kan kejadian
bom bebeerapa tahun silam ? Aku masih ngeri.”, jawabku asal.
“Yasudah, silakan
masuk”, jawabnya sambil membuka pintu lebih lebar lagi.
Rumahnya sangat
normal untuk seorang profesor. Tidak ada aksesoris khas lab dan semacamnya. Apa
mungkin kami salah alamat ? Ah, tidak mungkin, buktinya dia mengenali John dan
Martha.
“Heh, kenapa
melamun, John, bagaimana keadaan Bibi Daisy, apa dia masih sering berbicara
dengan tanamannya?”, tanyanya lalu diikuti tawa terbahak-bahak.
“Ah, kamu ini, dia
kan penyuka anggrek, wajar sajalah, lagipula kan dia sudah tua, biarkan saja”,
jawabku santai. Sebelum aku menyamar menjadi John, di pesawat tadi kami telah
menyelidiki latar belakang kehidupan John dan Martha.
“Oh ya, martha,
bagaimana keadaan putramu, Steve, apa dia masih suka berkelahi di sekolah?’,
kini Prof. Albert bertanya serius.
“Biasalah, namaanya
juga laki-laki, kita kan juga dulu sering begitu waktu sekolah dulu,, haha”,
jawabku menyela. Aku takut Maria salah ucap sesuatu yang tidak sesuai dengan
kepribadian Martha.
Kami mengobrol ke
sana ke mari tanpa topik yang jelas. Yang kami berusaha lakukan adalah senormal
mungkin akrab dengan Albert. Kami mengobrol berjam-jam hingga aku sadar ada
misi yang mesti aku lakukan. Aku lalu mulai memasang strategi, “Oh iya, Prof,
apa kesibukanmu saat ini ? Apa masih tentang mesin pengupas apel itu ?”
“Tidak lagi, John,
proyek itu dikalahkan oleh Prof. Frank dengan proyek alat penghitung gula darah
miliknya. Aku benar-benar profesor gagal, kawan. Setiap proyekku akan menuju
jalan buntu, jawabnya lesu.
“Apa ada proyek
yang lain?”
“Tidak ada, mengapa
kamu begitu ingin tahu?”
“Ayolah, apa hanya
itu? Tidak adakah proyek seperti reaktor penghancur?, Aku bicara lepas kontrol.
Untung saja dia hanya mengira aku bercanda.
“Hah, apa kau
bercanda? Tidak ada hal seperti itu. Kalau kamu memang ingin tahu, sebenarnya
aku punya proyek kecil, yakni pembangkit listrik bertenaga batu api. Mau lihat?”
Kami bertiga pun
pergi ke sebuah ruangan kosong berukuran 1 x 1 meter. Aku heran, di mana lab
nya? Dia lalu menekan sebuah saklar lampu dan tiba-tiba terbuka jalan ke lantai
bawah tanah. Kami lalu memasuknya. Ternyata di sinilah lab Albert. Banyak
peralatan prinitif yabg kulihat. Ya, ini prinitif bila dilihat dari sudut
pandang zamanku berasal. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat proyek
Albert. Batu api yang ia maksud mampu menyalakan lampu 10 watt. Namun bukan itu
yang membuatku kaget. Yang membuatku tersentak adalah lambang yang terdapat
pada alat itu. Lambang kepala elang yang menghadap ke kanan, persis seperti
lambang Naverus.
“Prof, itu lambang
apa ?’
“Oh, ini elang,
binatang kesukaanku, melambangkan ketangguhan dan kekuasaan. Aku berharap suatu
saat Bumi kita dapat tetap dialiri listrik sampai kapanpun sebab batu gunung
akan tetap ada dan bisa digunakan dalam waktu lama. Namun sayang aku tidak tahu
bagaimana meningkatkan energi batu ini, memang aku tak akan menjadi profesor
hebat ”
“Kawan, sepertinya
ada hal penting yang harus kita bicarakan tentang proyekmu”.
:Sudahlah, nanti
saja, yuk kita minum-minum dulu.”, dia lalu mengajaak kami bertiga kembali ke
ruang tamu.
Dia lalu pergi lagi
ke dalam lalu keluar dengan tiga botol beer berkualitas tinggi. Namun aku dan Maria
tidak meminumnya, sebab kami dalam misi. Kami beralasan bahwa kami tak minum karena
nanti akan mengemudi untuk perjalanan jauh. Aku lalu hanya menerima rokok dari
Albert lalu aku dan albert mengobrol tentang teori konspirasi, sungguh tema
yang aneh dalam suasana seperti ini.
Aku lalu kembali ke
misi, “Albert, boleh aku ke toilet sebentar?’
“Oh iya, silakan,
tempatnya di sebelah pintu masuk lab tadi.”
Aku lalu menuju ke
dalam, tapi bukan ke toilet, namun ke lab. Aku ingin menghancurkan proyek itu.
Pelan-pelan aku menekan saklar pembuka gerbang, lalu turun dan menyalakan lampu
lab.
“Hei, siapa kamu
sebenarnya?”, tiba-tiba ada suara yang kukenal.
Astaga, ternyata
itu Albert yang sedang berdiri sambil mengarahkan pistol ke kepala Maria. Meski
begitu, Maria tampak tegar dan waspada. Selain itu, bagaimana ia bisa sampai ke
sana lebih dulu?
“Tenang, Albert,
aku hanya ingin melihat proyek indahmu ini>”
“Omong kosong,
penipu. John baru saja mengirimiku SMS bahwa dia sedang bersenag-senang di Bali
bersama Marta dan kedua anaknya. Untung saja aku punya dua pintu rahasia ke lab
ini. Ayo mengaku, atau kutembak gadis ini!”
“Oke, oke, jangan
panik, Prof, kami orang baik-baik.”
“Ayo mengaku,
jangan basa-basi”
“Oke, oke, kami
adalah polisi dari tahun 9218. Kami datang ke sini untuk menyelamatkan Bumi.”
“Hah, apa katamu?
Jangan main-main ya, kamu pikir aku percaya dengan kisah ala film sains fiksimu
itu. Cepat mengaku atau gadismu ini tinggal sejarah.
“Sumpah, coba lihat
ini”. Aku lalu menunjukkan gambar-gambar dari alat komunikasiku lengkap dengan
dokumentasi kejadian yang akan terjadi di tahun 2014 nanti.”
Albert menganga,
namun tetap menyandera maria. “ Lalu apa maumu denganku? Apa aku di masa depan
menjadi Terminator ?”
“Tidak, tapi
proyekmu itu akan berkembang menjadi alat penghancur Bumi. Karena itu sekarang
proyekmu harus dimusnahkan.”
“Apa? Proyekku ini
akhirnya berhasil ? Proyek kecil ini mendunia?”, dia sumringah mendengar
keteranganku namun tetap memegang Maria.
“Tidak, kawan,
proyekmu justru gagal, proyekmu membuat Bumi hancur. Beberapa ribu tahun
mendatang, bumi ini akan binasa, semuanya akan hancur lebur seperti bom yang
meledak. Kecuali, kamu mau menghentikan proyek itu.”
Albert terdiam
sejenak, lalu membentak “Enak saja, aku sudah tak tahan selama ini selalu
kalah, gagal, selalu tidak diperhitungkan, dan sekarang, kamu bilang bahwa
proyekku berhasil, lalu kau ingin aku menhancurkannya begitu saja ? Tidak akan
!”
“Kamu tak sayang
dengan dunia ini?”
“Hei, kamu makhluk
masa depan, kamu tadi bilang dari tahun berapa? 9.000 ? Itu bahkan 7.000 tahun
lagi, kehancuran itu masih bisa dirubah. Biarkanlah aku menyelesaikan proyek
ini, dan aku tak akan menjadikannya penghancur.”, ucapnya sambil tetap
memegangi Maria.
“Dengar, di dalam
sejarah kami tertulis bahwa pencipta cikal-bakal Naverus, yakni kamu, pada
awalnya memaang hanya berniat membuat pembangkit listrik, namun ketika proyekmu
menyebar ke penjuru dunia, ada organisasi jahat yang ingin memperbudak manusia
dan pada akhirnya mereka akan menghancurkan Bumi ini dengan memaanfaatkan
penemuanmu.”
“Lalu, kalau begitu
mengapa bukan organisasi itu saja yang kau buru, ha?”
“Tidak bisa,
organisasi itu akaan terus beregenerasi, jadi yang harus kami musnahkan adalah
penyebab kehancuran itu.
“TIDAK! Sekali kau
menyentuh proyekku, gadis ini tinggal nama.”
Aku bingung, apa
yang harus kuperbuat? Tiba-tiba Maria nerintih sambil berkata, “Sudahlah,
James, ingat misi kita, misi Bumi kita, aku rela mati demi kelangsungan Bumi
ini.”
“Tidak,
kamu harus ikut merasakannya, Maria.” Kataku seraya mengambil kuda-kuda untuk melawan
orang yang sedaang bersenjata itu.
“Bodoh kamu, James,
baiklah, akan kuakhiri ini,” Maria lalu menyikut perut Albert dengan sekuat
tenaga hingga ia jatuh kesakitan. “Cepat, James, hancurkan proyeknya,
SEKARANG!”
Keadaan
sudah kepalang tanggung, tak mungkin lagi memaksa menyelamatkan Maria, semoga
pengorbananya tak sia-sia. Aku lalu menuju proyek itu lalu membongkar
perlengkapannya. Lalu tibalah masa yang menyakitkan itu, Albert lalu bangkit
dan menembak Maria, “Dasar gadis tak tahu diri!’. Maria menjerit ketakutan
selama beberapa detik lantas dengan tembakan empat kali, praktis menewaskannya
dalam sekejap. Albert rupanya menggunakan pistol dengan alat kedap suara
sehingga yang terdengar di malam itu hanya jeritan. Aku yakin jeritan Maria tak
terlalu keras dari luar sana.
Aku
masih sibuk membongkar benda sialan ini, tapi kabel-kabelnya masih banyak yang
terhubung. Tanpa kuduga Albert lalu menembakkan pistolnya ke kaki kiriku
sehingga aku terjatuh. Aku ingin bangkit namun terjatuh lagi. Dia lalu mengemasi
benda sialan itu. Dia adalah penciptanya, maka dia faham bagaimana mengemasnya.
Dia pun lalu menuju garasi dan pergi bersama benda itu. Aku masih meringis
kesakitan, tak mampu mengejar kegesitan Albert.
Aku lalu berusaha
susah payah ke Maria yang terbujur kaku. Air mataku tak tertahankan mengucur
deras dan mengalir di pipi. Aku bingung, harus bagaimana. Melapor polisi? Aku
yakin akan dianggap gila. Alat komunikasku yang tadi direbut oleh Albert. Aku
terpaksa harus kembali ke masa depan tanpa Maria. Tapi, tunggu, ke masa depan?
Bukankah masa depan sudah tidak ada? Aku menggeram keras, Apakah kiamat ini
bisa ditunda? Ya, masih ada harapan, Albert masih bisa kucegah.
Dengan kaki pincang
sebelah aku menuju ke lapangan tadi, ternyata banyak orang yang berkumpul,
penasaran. Aku tak mungkin menerobos ke sana. Aku pun tak mungkin jalan
baik-baik ke sana dan menaikinya seperti orang tak tahu apa-apa. Orang-orang di
sana pasti akan menahanku, lalu terbongkarlah rahasia mesin waktu itu. Maka,
dengan kendali jarak jauh darurat, yang secara otomatis akan
membawa pesawat ke tempat asal pengirimannya, aku membawa pesawat itu ke tahun
9218, tepat lima menit sebelum Bumi hancur lebur. Sementara itu, aku mencari
tempat aman untuk memulihkan diri.
Polisi lalu datang
ke lokasi pesawat, mendapat laporan dari warga. Polisis lalu memberitahu warga
agar peristiwa itu adalah rahasia negara dan bagi yang menyebarkannya akan
diberi hukuman mati. Lalu, setelah
mendapat laporan dari tetangga Albert bahwa semalam telah terjadi keanehan di
rumah Albert, polisi lalu memeriksa rumahnya. Akhirnya, ditemukanlah mayat Maria
yang namanya tidak diketahui, karena memang tidak berasal dari zaman ini.
Polisi juga mendapati dua batang rokok sisa kami semalam serta tiga buah botol
beer yang tidak sempat kami minum.
Wau boleh pinjam jam waktu nya gak
BalasHapus