TEROR ( Cichaa's LifeStory sequel 1 ) Cerita Sahabat Penulis

Catatan admin :
Cerita ini menyentuh banget. Tulisannya menelisik dalam ke hati nurani kita. Menyadarkan manusia--setidaknya saya sendiri--akan rasa syukur dan saling menghargai.
Karya Chica link link link
"Ia hanya menikmati nikmatnya uang saat setahun itu. Sisanya,, ia kembali sebatangkara, harusnya kaka mendoakan dia"

Aku terheran heran saat melihat adik kecilku yang masih duduk di bangku kelas dua SD, termenung diteras rumah. 
adik lelakiku itu nampak terlihat sangat tidak bersemangat. 
sebentar lagi waktunya masuk kelas. Kenapa ia belum berangkat sekolah juga?? 


"ada apa Dek? Kok belum berangkat sekolah? Uang saku dari kak Cica kurang?? Ntar ditambahin deh '' kataku tersenyum sambil menyelipkan lembaran duapuluh ribu kedalam kantong baju seragamnya. 

Dengan malas adikku bangkit dari tempat duduknya. Beringsut berjalan kaki,, lalu melangkah kesekolah. 

Sudah tiga hari ini aku melihat adik kecilku berubah sikap. Ia terlihat begitu pendiam sekarang. Namanya Evan. Usianya masih 8 tahun. 
entahlah.. 
ada apa dengan adikku?? 

ia yang tadinya ceria mendadak jadi pendiam. Bahkan sikap nya akhir akhir ini sangat aneh. 
pulang sekolah ia selalu gerasak gerusuk membuka tudung saji. Makan minum dengan lahapnya seperti orang yang tidak dikasih makan tiga hari. 
adikku kenapa??? 
bukankah uang saku selalu dikasih?? 
bukankah sebelum berangkat sekolah ia selalu sarapan?? 

Setiap kali kutanya ada apa. Adik kecilku hanya menjawab 'tidak apa apa'. 
Tapi kenapa ia selalu termenung??? 
kenapa ia selalu kelaparan??? 
kenapa ia berubah... 
bahkan beberapa minggu terakhir ia selalu pulang kerumah saat istirahat sekolah. Pulang untuk meminta uang, kemudian berlari lagi ke sekolah. 
begitu terus selama beberapa hari ini. 
aku jadi sangat heran. 
bukankah uang yg kukasih selalu lebih dari cukup??? 
kenapa masih kurang juga... 
katanya, uang itu ditabung disekolah. Bukankah uang saku masih cukup digunakan untuk menabung sebagian?? 

Rasa penasaran membuatku pagi itu urung berangkat kerja. 
diam diam aku membuntuti adikku kesekolah. Aku penasaran. 
aku hanya ingin tahu apa yang terjadi. 
sebagai kakak, perasaanku sangat tidak enak. 
adikku yang manis,, adikku yang pintar,, kini selalu terlihat merenung.. 

Pelan aku melangkah disekitar area sekolah. Aku terus mengawasi gerak gerik adikku dengan seksama. 
sekilas aku melihat Madi, anak kecil teman sekelas adikku berusia 8 tahun, bertubuh kecil dan pendek, tetangga kami, menghampiri adikku. 
Dan terlihatlah pemandangan yang sungguh membuatku terkesiap. 

Anak kecil itu terlihat merogoh saku adikku, mengambil semua uangnya, lalu membelanjakannya ke kantin sekolah. 
dan adikku terlihat begitu tidak berdaya. Memandang teman kecilnya membelanjakan uangnya, menatap teman kecilnya memakan makanan yg ia belanjakan dengan uangnya,,, UANGKU!! 

Aku geram. Darahku mendidih. Tapi aku harus menahan diri. Oh,, jadi anak bangsat itu penyebabnya. 
Madi. Anak seorang preman pengangguran. Ayahnya Maling, tukang mabuk, dan doyan main perempuan. 
kini anaknya mewarisi bakat ayahnya. 
dan kini anak preman itu hendak membajak adikku?? 

oh hohoho kamu salah jika berfikir aku akan diam. Aku akan menghancurkanmu. Menghancurkan mentalmu. 

Pulang sekolah, aku menunggu adikku dengan tidak sabar. 
saat ia pulang, dengan segera aku mengintrogasi adikku. 
awalnya ia tidak mengaku. Tapi karna melihat mimikku yang sangat serius akhirnya ia mengaku juga. 

" mana uangmu?? Kamu kasih ke Madi ya?'' 

" nggak kak, Madi yang rampas semua uangku " sahut adikku lirih 

" Sejak kapan ia suka merampas uang sakumu??'' tanyaku tenang 

" sejak kelas satu SD kak . Dia sering makan enak dikantin dengan uangku. Sementara aku cuma minum air. Kadang ia menabung dengan uangku. Kadang saat uang sakuku tidak cukup,, ia menyuruhku pulang saat istirahat untuk minta uang'' adikku menangis 

" oke, tidak apa apa sayang.. Mulai hari ini, kakak akan urus semuanya'' senyumku 

Hm.. 
adikku kalah mental dengan Madi. Perawakan adikku jauh lebih besar dari Madi. Madi kurus dan kecil. Dengan sekali tendang, adikku pasti bisa membuat Madi terpental sejauh beberapa meter. 
lalu kenapa adikku takut?? Kenapa ia tidak berdaya?? 

Hm, aku tau jawabannya. 
adikku tidak kuat mental. Adikku anak rumahan. Yang saat makan disuapi, yang semua kebutuhannya terpenuhi. Yang kerjanya cuma main game. 
Sementara Madi?? 
ia adalah anak jalanan. Ia bergaul dengan orang orang bergaris keras. Ia sudah tertempa untuk bermental baja. Orangtuanya broken home. 
karna itulah,, Madi tumbuh besar menjadi pribadi yg kerass dan kuat. Anak yang malang,, 

Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menghentikan ini. 
Hari itu juga,, aku datang kerumah kepala sekolah. Menceritakan apa yang terjadi. Mengomel dengan keras. Dan menekan guru guru disekolah.. 
besoknya, sekolah mengadakan rapat dadakan.. semua guru berkumpul, semua murid berkumpul. 
dengan marah aku mengomel disekolah. 
bagaimana mungkin guru guru ini tidak menyadari kejanggalan yg terjadi selama ini?? 
setahun!!! 
setahun adikku disiksa mentalnya. Setahun uangku dikuras demi memuaskan anak preman itu. Ini tidak bisa dibiarkan. 

Akhirnya guru2 sepakat untuk memisahkan kelas adikku dengan Madi. Memberi Madi peringatan agar tidak mengulangi lagi. Mengganti semua uang tabungan madi dan memidahtangankan atas nama adikku. 

Selesai. Guru guru sepakat menganggapnya selesai. 

Benarkah selesai? 
oh hohohoh bagi mereka boleh selesai. Tapi bagiku,,, ini belum selesai. 
aku tidak rela. Mental adikku terganggu gara gara teror darinya. 
mata dibalas mata. Teror dibalas teror. 
sejak saat itu,, aku bertindak. 

Jarak rumah Madi tidak jauh dari rumahku. Setiap ia akan berangkat sekolah, aku selalu berdiri dipinggir jalan untuk memelototinya. 
memelototinya sampai darahnya tersirap ketakutan. Ia menunduk. Ketakutan. 
Dan itu berlangsung setiap hari. Aku selalu menatapnya dalam dalam dan melotot kearahnya setiap kali ia keluar rumah. 
endingnya?? Madi mulai ketakutan keluar rumah. Ia selalu mengurung diri.. 

Pernah suatu hari aku mengikuti Madi dari belakang. Saat ditempat sepi, aku menyeret kerah bajunya, dan mengancamnya. Jika sampai ia berani menyentuh adikku seujung rambutpun, aku tidak akan segan segan melaporkan ia ke polisi, dan aku akan menghajarnya setiap hari. Begitu ancamku. 
sebenarnya mudah saja menampar anak itu. 
tapi itu tidak kulakukan. 
luka fisik dapat diobati. Tapi luka mental dibawa sampai tua. 
aku ingin meracuni mental anak ini. Menakutinya, membuatnya merasa terancam setiap hari, menerornya,, dan membuatnya merasa diterorr setiap saat. 

Selama seminggu penuh, sebelum berangkat kerja, aku ke sekolah adikku pagi pagi. Mengancam, mempengaruhi anak anak sekolah agar tidak berteman dengan Madi, dan meminta mereka melapor padaku jika sampai Madi kembali berulah pada adikku. 
dan benar saja,, madi tidak pernah lagi mengganggu adikku. 

Apakah aku berhenti sampai disitu'?? 
tidak. 
seminggu sekali aku selalu datang kesekolah. Memberikan shock terapi kepada Madi. 
dan seminggu sekali aku mengancam Madi dengan kata kataku. Bahwa aku akan menghajarnya, bila ia macam macam pada adikku. 

Malam itu, aku ceritakan semua pada ibuku. Kekesalan kutumpahkan. 
tapi,, tahukah kau apa kata ibuku??. 

" Kasihan Madi. Cobalah kaka bayangkan. Dedek, setiap hari selalu kecukupan. Makan enak, uang tak kurang, mainan banyak, fasilitas terpenuhi. Dedek cuma tersiksa selama setahun. Tapi tahukah kakak?? Madi akan tersiksa selamanya. Ia tersiksa dimasa lalu krn ayahnya meninggalkan ia dan ibunya dlm kemiskinan. Ia juga akan tersiksa dimasa depannya krn kini ibunya meninggalkannya bersama neneknya dengan ayah tirinya. Madi sebatang kara. Ia hanya bahagia selama setahun, saat merampas uang dedek. Tidakkah kakak kasihan??? Anggap saja, setahun kemaren, Madi beroleh rejeki dari uangmu. Meski dengan jalan salah,, tapi Madi anak yang kasihan. Ia hidup dijalanan. Ia masih kecil. Ayah ibunya mencampakkannya. Tidakkah kaka kasihan?? Dedek akan terjamin dimasa lalu dan masa depan. Tapi Madi??? Ia hanya menikmati nikmatnya uang saat setahun itu. Sisanya,, ia kembali sebatangkara, harusnya kaka mendoakan dia '' 

Aku terhenyak. Mendadak tersadar oleh kalimat lembut ibuku. Kasihan..... Aku menangis. Terharu. 
kenapa tidak terfikir olehku?? 
aku terlalu sibuk meratapi penderitaan adikku selama setahun. Sementara Madi jauh lebih menderita daripada adikku. Aku terlalu sibuk memikirkan cara meneror Madi untuk membalas terornya pada adikku. semetara sejak kecil Madi sudah diteror oleh kehidupan yg kejam ini. 

aku tergugu.. 
Dendamku mendadak lenyap. 
sirna seperti ditup angin. 
Ampuni aku Tuhan.. Aku hambamu yg tidak bersyukur dgn nikmat ini. 
masih banyak org yg lebih kasihan., tapi kenapa aku terlalu sibuk mengasihani diri sendiri??? 
aku menangis,,, lagi,,

NB : Ada satu hal yang saya kurang setuju, yakni cerita di atas menganggap seolah perbuatan si anak nakal itu wajar saja. Padahal jelas perbuatan mengancam dan kekerasan itu tidak baik.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Begini Rasanya Wawancara S2 Unpad

Yuk, Teladani Sang Ayam Jantan dari Timur !

Kumpulan Cerbung "BUMI" karya Darwis Tere Liye