Hampir Hilang di Monas

Sebulan yang lalu saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi salah satu tempat bersejarah di Indonesia, yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan karena menjadi tempat pelaksanaan reuni 212. Ya, inilah Monas atau Monumen Nasional, sebuah bangunan berbentuk huruf I dengan cawan di bagian bawah, di puncaknya terdapat lambang berbentuk api yang dilapisi oleh emas murni.
Kunjungan ini saya lakukan bersama 3 teman saya setelah kami mengikuti kegiatan Persiapan Keberangkatan LPDP yang akan saya ceritakan di post yang terpisah. Kami berangkat dari daerah Depok menuju Monas dengan menggunakan Grab dan KRL. Jarak yang sangat jauh karena Monas terletak di tengah Jakarta tak terasa karena kami menggunakan kereta listrik. Saat menaiki grab menuju Monas pun kami tidak melihat suasana macet Jakarta yang kami bayangkan. Mungkin karena saat itu hari telah beranjak siang dan orang-orang telah berada di tempat kerjanya masing-masing.
Hari itu adalah hari pertama kalinya saya menginjakman kaki di sana. Saat memasuki gerbang saya merasa agak blank tidak menyangka ada di sini. Setelah melalui gerbang yang saya lupa gerbang sebelah mana, kami melihat di depan pos satpam berjejeran sepeda-sepeda yang digembok bannya. Wah  sepertinya itu bisa dipinjam layaknya sepeda di kampusku dulu.
Teman-temanku yang lain memutuskan langsung masuk ke Monas  tampak mereka berjalan ke arah tugu raksasa itu. Aku sendiri ingin bersepeda saja sambil menunggu mereka. Kupikir di dalam pasti membosankan, karena isinya pasti hanya pajangan benda-benda kuno sperti museum pada umumnya, saya hanya tertarik berfoto di depannya.
Namun, saya mendapatkan sepeda yang pedalnya rusak. Alhasil, impian untuk bersepeda dengan riang pun buyar. Tak sampai 5 menit, saya mengembalikan sepeda itu lalu mengambil KTP yang tadi digunakan sebagai jaminan. Dengan terburu-buru saya berlari ke arah Monas sambil berharap mereka belum masuk terlalu jauh.

**** 2 jam yang lalu ****
Aku tertidur nyenyak setelah semalaman menggigil. Untung saja salah seorang teman PK LPDP berbaik hati mencarikan aku obat. Saat itu kebanyakan teman-teman telah kembali ke daerahnya masing-masing termasuk yang tadinya bergabung dalam tim medis. Aku pun tidak sadar pukul berapa sakit itu hilang, tapi beberapa kali aku terbangun dan melihat hari sudah pagi, namun aku ingin menambah tidur lagi menebus 5 hari kurang tidu. Rencananya  hari ini mager saja di kamar wisma sambil menunggu jadwal penerbangan malam ini.
Tiba-tiba, pintu kamar digedor beberapa kali.
"Kak Fuad, kami mau jalan-jalan ke Monas, mauki ikut?"
Yang dimaksud kami adalah teman-temanku yang juga berasal dari Sulsel. Aku bingung,, andai saja ajakan itu kemarin sore atau malam, saya pasti dengan senang hati langsung menerimanya. Tapi, saat ini aku baru saja bangun dari tidur dengan kondisi barang-barang belum dipacking.
Tapi  sayang juga kalau tidak ikutan,, kapan lagi ada kesempatan begini. Tidak tiap tahun bahkan bertahun-tahun saya di Jakarta. Akhirnya, saya pun memutuskan ikut dan ingin bersiap-siap.
"Oke, ikut ka juga  tapi tunggu ka dulu nah mandi sama packing please"
"Tidak bisa kak, sekarang, karena ada mi Grab di depan menunggu, tinggal kita yang ditunggu."  begitu kata Riska dengan nada agak cemas.
Wah, aku makin bingung, ikut tidak ya, ikut tidak. Ikut tidak. Akhirnya aku bilang saja,, "oke, tunggu meka, gosok gigi dulu terus packing"
"Tidak bisa kak, lama,, sekarang atau tidak"  Riska makin cemas.

Akhirnya  hal gila pun aku putuskan  sudahlah, langsung pergi saja tanpa cuci muka dll,, aku langsung packing sembarangan, dalam keadaan masih setengah hidup, aku memasukkan barang-barang ke koper. Tak disangka,, Riska tanpa dikomando langsung membantu memasukkan sepatu dan beberapa pakaian yang tercecer di meja. Dengan sigap dia sudah saja menyelesaikan satu koper milikku.
Biasanya, kalau bepergian, pasti ada saja barang milikku yang ketinggian. Makanya aku mematikan kamar benar-bener kosong saat keluar. Aku lalu dengan asal memasukkan semua yang aku lihat di depan mata. Riska sendiri sudah duluan ke Lobby dengan membawa satu koperku. Oke,, aku juga dengan sekejap menyelesaikan misiku. Aku keluar kamar dan refleks mengecek hp.
"Astagfirullah HP ku mati total. Yasudah nanti saja dicas di Monas."
Namun, karena HP mati total itulah penyebab dari cerita ini bermula. 

Bersambung ke part 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Begini Rasanya Wawancara S2 Unpad

Yuk, Teladani Sang Ayam Jantan dari Timur !

Kumpulan Cerbung "BUMI" karya Darwis Tere Liye